
Para peneliti Asutralia dan Indonesia sampai sekarang belum menamai tujuh spesies ikan langka yang ditemukan di pantai Pulau Nusa Penida, Bali, pada 2008 lalu. ''Ada 12 spesis ikan yang kami temukan, dari jumlah itu lima diantaranya sudah bisa diberi nama, tujuh lainnya sampai saat ini belum diberi nama karena masih dalam kajian,'' ujar Direktur Program Marine Conservation International Indonesia, Ketut Sarjana Putra, di Denpasar, Jumat (16/7). Dikatakan Sarjana, spesies ikan langka tersebut ditemukan para ahli ikan dunia saat melakukan penelitian di bawah dasar laut dalam kedalaman 35 meter di sekitar Pantai Toya Pakeh, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.
Kelima spesies yang telah dinamai masing masing pseudocrhonis, prolepis, triammia SP, priolepis 1, priolepis 2, dan chromise.
Penamaan ikan-ikan tersebut dengan identifikasi sangat detil mulai bentuk dan besaran tubuh, jumlah sisik, duri hingga bentuk mulutnya. ''Sesuai konvensi internasional penamaan ikan itu merupakan hak penemunya,'' ujar Sarjana dalam program reporting trips konservasi ekosistem dan biodiversity Bali yang digelar LSM Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia atau Society of Indonesia Environment Journalist (SIEJ dan Aliansi Jurnalis Independen AJI Denpasar.
Ikan-ikan langka tersebut ditemukan para peneliti dan akademisi dalam Program Marine Rapid Assessment. ''Spesies ikan tersebut merupakan hybrid atau percampuran ikan pasifik dan samudra Hindia (Indonesia),'' jelas dia.
Sarjana melanjutkan, munculnya ikan tersebut juga merupakan percampuran telur ikan dari kedua kawasan itu yang akhirnya melahirkan spesies baru. ''Kelima spesies ikan ini sebagian besar merupakan jenis ikan karang yang berukuran kecil dengan pola warna yang unik,'' ujarnya.
Yang menarik, sambung Sarjana, kemunculan spesies ikan langka tersebut mengapa justru ditemukan di Bali padahal spesis ini dinamai di Australia. ''Jadi bagaimana bisa spesies ikan itu bisa sampai ada di Bali sebagai tempat yang banyak dikunjungi wisatawan. Ini yang masih menjadi pertanyaan para ilmuwan,'' katanya.
Sumber: http://www.republika.co.id/
Kelima spesies yang telah dinamai masing masing pseudocrhonis, prolepis, triammia SP, priolepis 1, priolepis 2, dan chromise.
Penamaan ikan-ikan tersebut dengan identifikasi sangat detil mulai bentuk dan besaran tubuh, jumlah sisik, duri hingga bentuk mulutnya. ''Sesuai konvensi internasional penamaan ikan itu merupakan hak penemunya,'' ujar Sarjana dalam program reporting trips konservasi ekosistem dan biodiversity Bali yang digelar LSM Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia atau Society of Indonesia Environment Journalist (SIEJ dan Aliansi Jurnalis Independen AJI Denpasar.
Ikan-ikan langka tersebut ditemukan para peneliti dan akademisi dalam Program Marine Rapid Assessment. ''Spesies ikan tersebut merupakan hybrid atau percampuran ikan pasifik dan samudra Hindia (Indonesia),'' jelas dia.
Sarjana melanjutkan, munculnya ikan tersebut juga merupakan percampuran telur ikan dari kedua kawasan itu yang akhirnya melahirkan spesies baru. ''Kelima spesies ikan ini sebagian besar merupakan jenis ikan karang yang berukuran kecil dengan pola warna yang unik,'' ujarnya.
Yang menarik, sambung Sarjana, kemunculan spesies ikan langka tersebut mengapa justru ditemukan di Bali padahal spesis ini dinamai di Australia. ''Jadi bagaimana bisa spesies ikan itu bisa sampai ada di Bali sebagai tempat yang banyak dikunjungi wisatawan. Ini yang masih menjadi pertanyaan para ilmuwan,'' katanya.
Sumber: http://www.republika.co.id/
0 comments