Informasi Kesehatan dan Tips Gaya Hidup Sehat

Friday, July 2, 2010

Merasakan Luka Mandela di Rumah Tua
RUMAH yang terletak di pojok Jalan Vilakazi dan Ngakane bernomor 8115, Orlando West, Soweto, itu amat kecil. Berukuran 5 kali 7 meter, berdiri di lahan sekitar 150 meter. Namun, rumah itu amat bersejarah dan kini dijadikan museum. Rumah itu pula tempat Nelson Mandela, pemimpin besar Afrika Selatan (Afsel) yang pernah ditahan selama 27 tahun oleh pemerintahan Apartheid. Di rumah itu pula, Mandela berkontemplasi, merancang gerakan, dan membangun masa depan Afsel yang lebih demokratis, adil, dan tumbuh dalam kesamaan. Di rumah itu pula, dia merasakan duka dan luka yang nyerinya masih terasa hingga entah sampai kapan pula.

"Bagi saya, nomor 8115 merupakan titik awal dari dunia saya. Tempat ini tertandai X di geografi batin saya," kata Mandela dalam biografinya.

Rumah kecil itu hanya ada dua kamar berukuran 3 kali 2, kemudian ruang keluarga kecil dengan ukuran sama, dapur kecil. Ada satu jendela di ruang keluarga yang biasa dipakai Mandela melihat langit, sambil memikirkan nasib Afrika.

Terlalu banyak goresan luka dan derita yang tersisa di rumah itu. Masih ada lubang peluru, juga bekas ledakan bom molotov. Rintihan Mandela juga Afrika sepertinya masih menggumpal di rumah itu. Di situ pula Mandela bersama keluarga tinggal sejak 1946 sampai 1990, ketika dia dibebaskan dari penjara.

Mandela yang meraih 126 penghargaan, termasuk Nobel Perdamaian 193 itu, memang pahlawan dan simbol bangsa Afsel. Seluruh hidupnya hanya dicurahkan kepada rakyat Afsel. Dia merasa terpukul dan sakit ketika Partai Nasional yang berkuasa mengesahkan politik Apartheid pada 1948. Politik yang membedakan perlakuan berdasarkan warna kulit. Kulit putih superior dan istimewa, sedangkan kulit hitam berada dalam posisi subordinasi dan tertindas, juga terpinggirkan dalam segala hal.

Bersama Oliver Tambo, Mandela mendirikan kantor pengacara. Mereka memberi advokasi hukum kepada kaum kulit hitam yang tak mampu. Sebagaia pemimpin organisasi Umkhonto we Sizwe, sayap Afrikan National Congress, dia terus berjuang tanpa kekerasan menentang Apartheid yang tak manusiawi.

Pilihan hidup yang akhirnya membuat Mandela ditahan pemerintah Apartheid pada 1962. Dia dijatuhi hukuman seumur hidup atas tuduhan sabotase yang tak pernah dia lakukan. Namun, kemudian dia dibebaskan pada 11 Februari 1990, setelah 27 tahun mendekam di penjara Robben Island.

Mandela langsung pulang ke rumahnya di Jalan Vilakazi 8115 dan disambut ribuan massa. "Akhirnya, saya bisa kembali ke rumah," katanya waktu itu.

rumah di kawasan kumuh itu memang amat berkesan buat Mandela. Bersama istrinya Winnie Mandela, dia tinggal di sini. Bersama segala cita-cita, pikirannya, dan perjuangannya, dia bergulat di sini. Rumah reyot yang memberi jiwa dan tenaganya berotot dan akhirnya memerdekakan Afsel dari Apartheid. Bahkan, dia akhirnya menjadi presiden pada 1994 sampai 1999, membawa Afsel ke dalam kesamaan dalam keragaman.

Selama Piala Dunia 2010, rumah ini banyak dikunjungi suporter tim peserta dari berbagai negara. Rata-rata, para pengunjung terkesima, kemudian hanya terdiam di dalamnya. Sebab, mereka seolah bisa kembali merasakan luka dan derita Mandela selama perjuangannya dan selama kehidupannya di rumah itu.

Tempat tidur kecil dari kayu sudah menunjukkan betapa dia tidur seadanya dan sering menahan dinginnya Soweto yang bisa mencapai minus 5 derajat di musim dingin. Dapur kecil yang lebih kecil, menunjukkan betapa keluarga Mandela hanya memasak apa adanya. Ruang tamu yang sekaligus ruang keluarga, menunjukkan betapa sempitnya gerak Mandela.

Namun, justru dari kesempitan itu dia bisa meluaskan pikirannya, memberi makna kepada bangsa hingga tak terhingga.

"Rasanya, rumah Mandela sama sempitnya dengan penjaranya," komentar pengunjung asal Inggris, Michael Parlot.

Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Mandela ketika diintimidasi dengan tembakan peluru, ledakan bom molotov, juga pengawasan ketat para polisi Apartheid. Bisa dibayangkan betapa lukanya dia memikirkan bangsa kulit hitam yang semakin tertindas.

Rumah itu memang sudah tak ladi dipakai Mandela, karena diminta negara untuk museum. Mandela langsung dipindah ke rumah lebih layak setelah 11 hari bebas dari penjara. Namun, rumah itu menyimpan banyak sejarah, juga luka dan derita Mandela yang bisa terus menjadi inspirasi bangsanya.
Sumber: http://www.kompas.com/
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Informasi Kesehatan dan Tips Gaya Hidup Sehat
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top