
Jabulani ternyata bukan hanya nama resmi bola yang digunakan selama pertandingan Piala Dunia. Tapi juga ada seorang penghibur yang namanya Jabulani. Dengan dua boneka yang dimainkannya secara erotis, dia membuat tertawa para suporter yang sedang nongkrong di Nelson Mandela Square. Dua boneka itu bernama John dan Sophie. Tinggi keduanya sama, kira-kira hanya 50 meter. Mereka kompak mengenakan kostum Bafana-Bafana. Baju lengan panjang berwarna kuning, dengan simbol bendera di bagian atas, dan celana berwarna hijau. Baik si John maupun si Sophie sama-sama mengenakan topi dan kacamata hitam.
Di tangan Jabulani, kedua boneka yang digerakkan dengan tali dari atas itu, tampak seperti benar-benar hidup. Keduanya berjoget, mengikuti irama rancak yang sedang diputar. Yang khas dari joget kedua boneka itu adalah gerakan pinggul dan pantatnya yang erotis, sehingga mengundang tawa pengunjung yang menyaksikannya.
Terkadang, di tengah-tengah sedang berjoget, pantat si Sophie ditendang kaki kanan si John. Ketika ada penonton perempuan, si John mendekatinya. Kemudian, dia berjoget di depan penonton perempuan itu, sambil menggerak-gerakkan pinggulnya ke depan, hingga bagian depan tubuh boneka itu menyentuh paha si penonton perempuan tadi. Para penonton pun tertawa terpingkal-pingkal melihat ulah nakal si John ini.
Pertunjukan boneka itu digelar di salah satu lahan kosong di arena Nelson Mandela Square. Ini adalah tempat yang paling banyak didatangi para suporter di kota Sandton, Johannesburg. Untuk musiknya, Jabulani hanya menumpang saja. Di sudut mana ada musik diputar, di situlah Jabulani mulai mempertunjukkan atraksi bonekanya.
Banyak suporter yang suka dengan pertunjukan tersebut. Hasil yang diperoleh Jabulani mengamen itu pun lumayan. Untuk satu jam pertunjukannya mengamen, dia bisa memperoleh uang 500-1.000 Rand (sekitar Rp600 ribu-Rp1.200.000). JPNN sengaja menunggu pertunjukan si Jabulani hingga selesai.
Ketika para penonton sudah mulai bubaran, barulah pria 28 tahun asal Rustenberg itu menghitung hasil pendapatannya. Jawa Pos yang ikut menghitung uang perolehan yang kebanyakan dalam lembaran 20 Rand itu pun kaget. Saat itu, dia memperoleh uang 1.020 dan 45 sen.
Untuk ukuran seorang pengamen seperti Jabulani yang tak perlu properti apa-apa selain dua bonekanya, perolehan sejumlah itu termasuk menggiurkan. Ketika ditanya, apakah nama Jabulani sengaja diciptakan untuk menumpang popularitas selama piala dunia? Jabulani membantahnya. “Sejak saya lahir, nama saya Jabulani. Beberapa orang di Rustenberg sudah mengenal nama saya, karena saya membuat pertunjukan seperti ini sejak 2006,” katanya.
Dia mengatakan, dia membuat pertunjukan seperti mengamen di Nelson Mandela Square itu hanya ketika sedang sepi tidak ada order. Dia lantas memberi JPNN kartu namanya. Di kartu namanya itu tertulis namanya, nama bonekanya, dan juga nomor telepon serta email. Untuk tarif order, Jabulani mematok 1.500 Rand untuk satu jam pertunjukannya. “Kalau Anda mengundang saya, cukup 1000 Rand saja,” katanya.
Sumber: http://www.riaupos.com/
Di tangan Jabulani, kedua boneka yang digerakkan dengan tali dari atas itu, tampak seperti benar-benar hidup. Keduanya berjoget, mengikuti irama rancak yang sedang diputar. Yang khas dari joget kedua boneka itu adalah gerakan pinggul dan pantatnya yang erotis, sehingga mengundang tawa pengunjung yang menyaksikannya.
Terkadang, di tengah-tengah sedang berjoget, pantat si Sophie ditendang kaki kanan si John. Ketika ada penonton perempuan, si John mendekatinya. Kemudian, dia berjoget di depan penonton perempuan itu, sambil menggerak-gerakkan pinggulnya ke depan, hingga bagian depan tubuh boneka itu menyentuh paha si penonton perempuan tadi. Para penonton pun tertawa terpingkal-pingkal melihat ulah nakal si John ini.
Pertunjukan boneka itu digelar di salah satu lahan kosong di arena Nelson Mandela Square. Ini adalah tempat yang paling banyak didatangi para suporter di kota Sandton, Johannesburg. Untuk musiknya, Jabulani hanya menumpang saja. Di sudut mana ada musik diputar, di situlah Jabulani mulai mempertunjukkan atraksi bonekanya.
Banyak suporter yang suka dengan pertunjukan tersebut. Hasil yang diperoleh Jabulani mengamen itu pun lumayan. Untuk satu jam pertunjukannya mengamen, dia bisa memperoleh uang 500-1.000 Rand (sekitar Rp600 ribu-Rp1.200.000). JPNN sengaja menunggu pertunjukan si Jabulani hingga selesai.
Ketika para penonton sudah mulai bubaran, barulah pria 28 tahun asal Rustenberg itu menghitung hasil pendapatannya. Jawa Pos yang ikut menghitung uang perolehan yang kebanyakan dalam lembaran 20 Rand itu pun kaget. Saat itu, dia memperoleh uang 1.020 dan 45 sen.
Untuk ukuran seorang pengamen seperti Jabulani yang tak perlu properti apa-apa selain dua bonekanya, perolehan sejumlah itu termasuk menggiurkan. Ketika ditanya, apakah nama Jabulani sengaja diciptakan untuk menumpang popularitas selama piala dunia? Jabulani membantahnya. “Sejak saya lahir, nama saya Jabulani. Beberapa orang di Rustenberg sudah mengenal nama saya, karena saya membuat pertunjukan seperti ini sejak 2006,” katanya.
Dia mengatakan, dia membuat pertunjukan seperti mengamen di Nelson Mandela Square itu hanya ketika sedang sepi tidak ada order. Dia lantas memberi JPNN kartu namanya. Di kartu namanya itu tertulis namanya, nama bonekanya, dan juga nomor telepon serta email. Untuk tarif order, Jabulani mematok 1.500 Rand untuk satu jam pertunjukannya. “Kalau Anda mengundang saya, cukup 1000 Rand saja,” katanya.
Sumber: http://www.riaupos.com/
0 comments