Tumpahan minyak mentah di Teluk Meksiko mulai mencemari pesisir Louisiana. Akibatnya, penduduk pantai yang bergantung pada hasil laut kehilangan pekerjaan. Sebagai lokasi paling luar di pesisir Louisiana, Grand Isle menjadi korban pertama. Kamis lalu (10/6), sambil menangis, Wali Kota Grand Isle David Camardelle memohon bantuan dana kepada parlemen AS. Dia berharap, dana yang sangat diperlukan untuk menyingkirkan minyak mentah dari Pantai Louisiana itu bisa dicairkan tanpa birokrasi berbelit. "Saya sangat membutuhkan bantuan Anda sekalian. Kami seperti sedang menghadapi perang dan saya berdiri di baris terdepan," ujarnya.
Politikus Partai Demokrat itu menyatakan, bencana yang dipicu human error tersebut mematikan kotanya. Maklum, Grand Isle merupakan kota yang terletak di dangkalan paling luar Louisiana. Bersama para petinggi lain di sekitar Teluk Meksiko yang wilayahnya juga diterjang minyak mentah British Petroleum (BP), dia mendesak pemerintah pusat bertindak cepat.
Kini, kata Camardelle, dermaga bongkar muat udang menjadi seperti kota mati. "Setiap hari, ada seorang ibu yang mendatangi saya dan berkata, 'David, bagaimana lagi saya harus memberi anak-anak saya makan?' Sebelumnya, saya merelakan kartu kredit saya untuk dipakai beberapa keluarga. Tapi, saya juga punya keluarga yang butuh makan," keluhnya sebagaimana dilansir Agence France-Presse kemarin (11/6).
Di hadapan Senat Keamanan Dalam Negeri, Camardelle dan para pejabat Louisiana lainnya mengatakan bahwa dampak lingkungan yang ditimbulkan tumpahan minyak mintah BP itu akan mengakhiri kehidupan manusia juga. Apalagi, sudah 52 hari berlalu sejak anjungan lepas pantai Deepwater Horizon meledak dan menimbulkan tumpahan minyak berskala besar.
"Kami harus bekerja sama dan menyelamatkan lingkungan di sini," tutur Camardelle. Namun, Grand Isle memang tidak punya cukup dana untuk mendukung upaya pembersihan minyak dari lingkungan mereka. Karena itu, mereka memohon bantuan dana dari pemerintah. BP pun tidak meminjamkan peralatan apa pun kepada masyarakat yang berupaya mencegah masuknya tumpahan minyak ke pantai.
sumber : http://www.batampos.co.id/
Politikus Partai Demokrat itu menyatakan, bencana yang dipicu human error tersebut mematikan kotanya. Maklum, Grand Isle merupakan kota yang terletak di dangkalan paling luar Louisiana. Bersama para petinggi lain di sekitar Teluk Meksiko yang wilayahnya juga diterjang minyak mentah British Petroleum (BP), dia mendesak pemerintah pusat bertindak cepat.
Kini, kata Camardelle, dermaga bongkar muat udang menjadi seperti kota mati. "Setiap hari, ada seorang ibu yang mendatangi saya dan berkata, 'David, bagaimana lagi saya harus memberi anak-anak saya makan?' Sebelumnya, saya merelakan kartu kredit saya untuk dipakai beberapa keluarga. Tapi, saya juga punya keluarga yang butuh makan," keluhnya sebagaimana dilansir Agence France-Presse kemarin (11/6).
Di hadapan Senat Keamanan Dalam Negeri, Camardelle dan para pejabat Louisiana lainnya mengatakan bahwa dampak lingkungan yang ditimbulkan tumpahan minyak mintah BP itu akan mengakhiri kehidupan manusia juga. Apalagi, sudah 52 hari berlalu sejak anjungan lepas pantai Deepwater Horizon meledak dan menimbulkan tumpahan minyak berskala besar.
"Kami harus bekerja sama dan menyelamatkan lingkungan di sini," tutur Camardelle. Namun, Grand Isle memang tidak punya cukup dana untuk mendukung upaya pembersihan minyak dari lingkungan mereka. Karena itu, mereka memohon bantuan dana dari pemerintah. BP pun tidak meminjamkan peralatan apa pun kepada masyarakat yang berupaya mencegah masuknya tumpahan minyak ke pantai.
sumber : http://www.batampos.co.id/
0 comments