
Salah satu tim yang memperkenalkan sepakbola indah adalah Timnas Belanda. Dengan total football, Oranje selalu menyajikan permainan yang layak disaksikan publik sepakbola dunia. Gaya konvensional tersebut dihilangkan Belanda selama melakoni putaran final Piala Dunia. Anak asuh Bert van Marwijk cenderung mencari taktik dalam menaklukkan setiap lawannya. Bagaimana komentar legenda sepakbola Belanda Ruud Gullit tentang perubahan ini?
Gullit bersama Marco van Basten dan Frank Rijkaard pernah menunjukkan permainan indah pada era 1980-1990. Bahkan dengan permainan indah, Belanda mampu menjadi jawara Eropa 1988. Hanya saja Belanda selalu gagal menjadi yang terbaik dengan gaya tersebut.
Berkat permainan indah tersebut, lini depan Belanda menjadi tidak tajam. Sepertinya, Belanda menjadi tidak kejam karena selalu memulai gol dengan proses yang indah.
Pada akhirnya, Belanda belajar dari pengalaman tersebut dan dibuktikan pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan (Afsel) ini. Belanda meninggalkan filosofi menyerang yang membuat mereka terkenal. Mereka mengadopsi pendekatan yang lebih pragmatis dan konservatif di kompetisi ini.
Apakah Guillit kecewa karena Belanda telah menjual jiwa mereka dan mengkhianati identitas sepakbola mereka? Hampir.
"Saya pikir mereka telah bermain dengan otak mereka," kata Guillit seperti diberitakan reuters, Minggu (11/7/2010).
"Di masa lalu, saya pikir banyak tim telah memenangkan Piala Dunia bukan karena mereka bermain indah, tetapi karena mereka menggunakan otak. Mereka tidak selalu menunjukkan bagaimana bermain baik. Mereka hanya menerapkan efisiensi," lanjut mantan bintang AC Milan ini.
"Kadang-kadang buruk bagi orang banyak, tetapi di sisi lain bila Anda ingin memenangkan sesuatu, Anda harus melakukannya," jelas Gullit.
"Ada beberapa kemenangan Italia di Piala Dunia 2006 yang tidak spektakuler. Tapi tidak seorang pun mengingat seberapa bagus mereka bermain. Mereka hanya diingat sebagai pemenang.
"Kami harus menyesuaikan diri sedikit. Ini sangat bertentangan dengan Belanda. Kami memang tidak suka, tapi persoalannya adalah memenangkan Piala Dunia," pungkasnya.
Sementara itu, Jelang pertandingan Final, Pelatih tim nasional Belanda, Bert van Marwijk, mengatakan, semua pemainnya berada dalam kondisi bugar dan siap tampil di final melawan Spanyol, Minggu (11/7/2010). Ia mengaku berharap, berita baik itu berujung penampilan dan hasil optimal, yaitu menjadi juara dunia.
Final kali ini merupakan yang ketiga Belanda. Bila pada dua final sebelumnya, 1974 dan 1978, mereka cuma menjadi runner-up, ini merupakan momen tepat untuk memperbaiki sejarah.
Gairah juara itu sempat oleng ketika gelandang Wesley Sneijder mengalami masalah betis, setelah melawan Uruguay di semifinal, 6 Juli lalu. Namun, berkat kerja keras Sneijder dan tim medis Belanda, masalah itu bisa diatasi tepat pada waktunya.
"Setiap orang sangat bugar," ujar Van Marwijk.
Bagi Sneijder final kali ini bisa berujung tiga penghargaan, yaitu trofi Piala Dunia, gelar pemain terbaik, dan gelar pencetak gol terbanyak. Ini akan melengkapi suksesnya bersama Inter Milan, di mana ia menutup musim 2009-2010 dengan tiga gelar, yaitu Liga Champions, Serie-A, dan Piala Italia.
Sumber: http://www.suaramedia.com/
Gullit bersama Marco van Basten dan Frank Rijkaard pernah menunjukkan permainan indah pada era 1980-1990. Bahkan dengan permainan indah, Belanda mampu menjadi jawara Eropa 1988. Hanya saja Belanda selalu gagal menjadi yang terbaik dengan gaya tersebut.
Berkat permainan indah tersebut, lini depan Belanda menjadi tidak tajam. Sepertinya, Belanda menjadi tidak kejam karena selalu memulai gol dengan proses yang indah.
Pada akhirnya, Belanda belajar dari pengalaman tersebut dan dibuktikan pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan (Afsel) ini. Belanda meninggalkan filosofi menyerang yang membuat mereka terkenal. Mereka mengadopsi pendekatan yang lebih pragmatis dan konservatif di kompetisi ini.
Apakah Guillit kecewa karena Belanda telah menjual jiwa mereka dan mengkhianati identitas sepakbola mereka? Hampir.
"Saya pikir mereka telah bermain dengan otak mereka," kata Guillit seperti diberitakan reuters, Minggu (11/7/2010).
"Di masa lalu, saya pikir banyak tim telah memenangkan Piala Dunia bukan karena mereka bermain indah, tetapi karena mereka menggunakan otak. Mereka tidak selalu menunjukkan bagaimana bermain baik. Mereka hanya menerapkan efisiensi," lanjut mantan bintang AC Milan ini.
"Kadang-kadang buruk bagi orang banyak, tetapi di sisi lain bila Anda ingin memenangkan sesuatu, Anda harus melakukannya," jelas Gullit.
"Ada beberapa kemenangan Italia di Piala Dunia 2006 yang tidak spektakuler. Tapi tidak seorang pun mengingat seberapa bagus mereka bermain. Mereka hanya diingat sebagai pemenang.
"Kami harus menyesuaikan diri sedikit. Ini sangat bertentangan dengan Belanda. Kami memang tidak suka, tapi persoalannya adalah memenangkan Piala Dunia," pungkasnya.
Sementara itu, Jelang pertandingan Final, Pelatih tim nasional Belanda, Bert van Marwijk, mengatakan, semua pemainnya berada dalam kondisi bugar dan siap tampil di final melawan Spanyol, Minggu (11/7/2010). Ia mengaku berharap, berita baik itu berujung penampilan dan hasil optimal, yaitu menjadi juara dunia.
Final kali ini merupakan yang ketiga Belanda. Bila pada dua final sebelumnya, 1974 dan 1978, mereka cuma menjadi runner-up, ini merupakan momen tepat untuk memperbaiki sejarah.
Gairah juara itu sempat oleng ketika gelandang Wesley Sneijder mengalami masalah betis, setelah melawan Uruguay di semifinal, 6 Juli lalu. Namun, berkat kerja keras Sneijder dan tim medis Belanda, masalah itu bisa diatasi tepat pada waktunya.
"Setiap orang sangat bugar," ujar Van Marwijk.
Bagi Sneijder final kali ini bisa berujung tiga penghargaan, yaitu trofi Piala Dunia, gelar pemain terbaik, dan gelar pencetak gol terbanyak. Ini akan melengkapi suksesnya bersama Inter Milan, di mana ia menutup musim 2009-2010 dengan tiga gelar, yaitu Liga Champions, Serie-A, dan Piala Italia.
Sumber: http://www.suaramedia.com/
0 comments