Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan ini bakal melahirkan juara baru. Dalam final yang digeber di Stadion Soccer City, Johannesburg, Senin (12/7) dini hari mendatang, dua tiketnya jatuh ke tangan tim yang sama-sama belum pernah juara, yakni Belanda dan Spanyol. La Furia Roja-sebutan Spanyol-menyusul Belanda setelah mengalahkan juara tiga kali Jerman dengan skor tipis 1-0 dini hari kemarin. Laga yang digeber di Stadion Moses Mabhida, Durban itu, jauh di luar ekspektasi publik. Jerman yang sebelumnya perkasa menyingkirkan Inggris dan Argentina dengan skor fantastis, ternyata antiklimaks.
Bastian Schweinsteiger dkk benar-benar tidak berkutik menghadapi permainan taktis Spanyol yang mengandalkan ball possession dan passing-passing pendek. Permainan superdefensif itu juga membuat Spanyol hanya mampu mencetak gol lewat skema set piece. Yakni, ketika tendangan sudut Xavi Hernandez pada menit ke-73 disambut heading keras Carles Puyol.
"Kuncinya adalah menempatkan orang-orang yang tepat di lini tengah. Sektor tengah kami sangat terorganisasi. Saya tinggal memberikan instruksi dan bakat-bakat hebat itu bisa menjalankannya dengan baik," puji pelatih Vicente del Bosque kepada Associated Press.
"Saya tidak menyebut satu nama, tapi semua pemain berkontribusi atas kemenangan ini. Mereka semua excellent," lanjut dia.
Spanyol sejatinya sudah mencetak sejarah baru. Sepanjang sejarah sepak bola Negeri Matador itu, untuk pertama kalinya mereka lolos ke final Piala Dunia. Pasukan Del Bosque pun kompak mencanangkan target menang atas Belanda demi mencetak sejarah yang lebih spektakuler. Sekali tembus final, langsung juara.
Tapi, apakah impain itu bisa dengan mudah diwujudkan? Belum tentu. Sebab, Belanda sejauh ini merupakan tim yang paling konsisten dengan gaya bermain ofensifnya. Dengan kekuatan lini tengah seperti Arjen Robben dan Wesley Sneijder, mereka siap menembus pertahanan tim manapun.
Perjalanan mereka menuju puncak pun fantastis. Belanda merupakan satu-satunya tim yang menyapu bersih seluruh kemenangan di fase grup. Rekor besutan Bert van Marwijk di turnamen kali ini seratus persen. Beda dengan Spanyol yang sempat sekali ditekuk Swiss dengan skor 0-1 di pertandingan pertama Grup H.
Dari segi sejarah, Oranje -sebutan Belanda- juga unggul tipis atas Spanyol. Delapan kali bertemu di semua ajang, tim yang terkenal dengan filosofi totaal voetball itu menang empat kali. Sementara Spanyol hanya tiga kali.
Namun, kekuatan kubu Spanyol jelas tidak bisa diukur dengan data dan fakta masa lalu. Pasalnya, sebelum melawan Jerman mereka ditempatkan sebagai underdog hanya lantaran fakta sejarah lebih berpihak kepada sang lawan.
"Kami sudah menunjukkan bahwa di even besar, kami bisa berkembang dan melaju jauh," kata David Villa, striker Spanyol, kepada Reuters.
"Kami tidak terbiasa berpegang pada sejarah. Terlebih ketika kami punya peluang menciptakan sejarah baru dengan merebut trofi," lanjut top scorer sementara dengan lima gol itu.
Menurut Villa, permainan timnya memang belum sempurna. Tapi, selalu ada perkembangan signifikan dari laga ke laga. Saat melawan Jerman kemarin, mereka mendapat pelajaran baru, yakni mengatasi tekanan dari tim yang punya sejarah bagus di turnamen mayor.
"Sedikit demi sedikit, kami semakin bagus. Gol memang tidak terjadi secepat yang kami harapkan, tapi yang paling penting kami lolos," ungkap Villa.
"Kami selalu berhasil menciptakan tekanan, dan lebih banyak membuka peluang dari sektor sayap. Kalau kami bisa menampilkan performa yang sama saat melawan Belanda, saya optimistis Spanyol bisa merebut trofi," yakin striker yang baru pindah ke Barcelona tersebut.
Sementara itu, kubu Belanda yang sudah merebut tiket ke final 24 jam sebelumnya tidak menanggapi perang urat syaraf yang dilempar Villa. Pelatih Van Marwijk masih sibuk memoles mental anak buahnya.
Berdasarkan pengalaman menembus final 1974 dan 1978, penggawa Oranje selalu menghadapi dua masalah non-teknis terbesar. Yakni antiklimaks dan percaya diri berlebihan sehingga malah jadi bumerang.
"Kami tahu, kami bisa main bola. Itu tidak diragukan lagi," tegas kapten Oranje Giovani van Bronckhorst kepada Associated Press.
"Tapi persoalan mental ini memang kerap mengganggu kami. Saat ini, prioritas kami adalah mempertebal kepercayaan diri tanpa harus merasa di atas angin. Untuk duel melawan Spanyol, itu sangat penting," lanjut pencetak gol pertama Belanda dalam laga semifinal lawan Uruguay tersebut.
"Ya, kami kalah di final 1974 dan 1978, di mana seharusnya kami bisa memenangkannya," timpal Van Marwijk.
"Padahal saat itu kami punya generasi yang bagus. Ada Johan Cruyff, yang menurut saya pemain bola terbaik sepanjang masa. Entah apa yang terjadi saat itu. Kami tidak boleh mengulang kegagalan tersebut tahun ini," tegasnya.
Sumber: http://www.sapos.co.id/
Bastian Schweinsteiger dkk benar-benar tidak berkutik menghadapi permainan taktis Spanyol yang mengandalkan ball possession dan passing-passing pendek. Permainan superdefensif itu juga membuat Spanyol hanya mampu mencetak gol lewat skema set piece. Yakni, ketika tendangan sudut Xavi Hernandez pada menit ke-73 disambut heading keras Carles Puyol.
"Kuncinya adalah menempatkan orang-orang yang tepat di lini tengah. Sektor tengah kami sangat terorganisasi. Saya tinggal memberikan instruksi dan bakat-bakat hebat itu bisa menjalankannya dengan baik," puji pelatih Vicente del Bosque kepada Associated Press.
"Saya tidak menyebut satu nama, tapi semua pemain berkontribusi atas kemenangan ini. Mereka semua excellent," lanjut dia.
Spanyol sejatinya sudah mencetak sejarah baru. Sepanjang sejarah sepak bola Negeri Matador itu, untuk pertama kalinya mereka lolos ke final Piala Dunia. Pasukan Del Bosque pun kompak mencanangkan target menang atas Belanda demi mencetak sejarah yang lebih spektakuler. Sekali tembus final, langsung juara.
Tapi, apakah impain itu bisa dengan mudah diwujudkan? Belum tentu. Sebab, Belanda sejauh ini merupakan tim yang paling konsisten dengan gaya bermain ofensifnya. Dengan kekuatan lini tengah seperti Arjen Robben dan Wesley Sneijder, mereka siap menembus pertahanan tim manapun.
Perjalanan mereka menuju puncak pun fantastis. Belanda merupakan satu-satunya tim yang menyapu bersih seluruh kemenangan di fase grup. Rekor besutan Bert van Marwijk di turnamen kali ini seratus persen. Beda dengan Spanyol yang sempat sekali ditekuk Swiss dengan skor 0-1 di pertandingan pertama Grup H.
Dari segi sejarah, Oranje -sebutan Belanda- juga unggul tipis atas Spanyol. Delapan kali bertemu di semua ajang, tim yang terkenal dengan filosofi totaal voetball itu menang empat kali. Sementara Spanyol hanya tiga kali.
Namun, kekuatan kubu Spanyol jelas tidak bisa diukur dengan data dan fakta masa lalu. Pasalnya, sebelum melawan Jerman mereka ditempatkan sebagai underdog hanya lantaran fakta sejarah lebih berpihak kepada sang lawan.
"Kami sudah menunjukkan bahwa di even besar, kami bisa berkembang dan melaju jauh," kata David Villa, striker Spanyol, kepada Reuters.
"Kami tidak terbiasa berpegang pada sejarah. Terlebih ketika kami punya peluang menciptakan sejarah baru dengan merebut trofi," lanjut top scorer sementara dengan lima gol itu.
Menurut Villa, permainan timnya memang belum sempurna. Tapi, selalu ada perkembangan signifikan dari laga ke laga. Saat melawan Jerman kemarin, mereka mendapat pelajaran baru, yakni mengatasi tekanan dari tim yang punya sejarah bagus di turnamen mayor.
"Sedikit demi sedikit, kami semakin bagus. Gol memang tidak terjadi secepat yang kami harapkan, tapi yang paling penting kami lolos," ungkap Villa.
"Kami selalu berhasil menciptakan tekanan, dan lebih banyak membuka peluang dari sektor sayap. Kalau kami bisa menampilkan performa yang sama saat melawan Belanda, saya optimistis Spanyol bisa merebut trofi," yakin striker yang baru pindah ke Barcelona tersebut.
Sementara itu, kubu Belanda yang sudah merebut tiket ke final 24 jam sebelumnya tidak menanggapi perang urat syaraf yang dilempar Villa. Pelatih Van Marwijk masih sibuk memoles mental anak buahnya.
Berdasarkan pengalaman menembus final 1974 dan 1978, penggawa Oranje selalu menghadapi dua masalah non-teknis terbesar. Yakni antiklimaks dan percaya diri berlebihan sehingga malah jadi bumerang.
"Kami tahu, kami bisa main bola. Itu tidak diragukan lagi," tegas kapten Oranje Giovani van Bronckhorst kepada Associated Press.
"Tapi persoalan mental ini memang kerap mengganggu kami. Saat ini, prioritas kami adalah mempertebal kepercayaan diri tanpa harus merasa di atas angin. Untuk duel melawan Spanyol, itu sangat penting," lanjut pencetak gol pertama Belanda dalam laga semifinal lawan Uruguay tersebut.
"Ya, kami kalah di final 1974 dan 1978, di mana seharusnya kami bisa memenangkannya," timpal Van Marwijk.
"Padahal saat itu kami punya generasi yang bagus. Ada Johan Cruyff, yang menurut saya pemain bola terbaik sepanjang masa. Entah apa yang terjadi saat itu. Kami tidak boleh mengulang kegagalan tersebut tahun ini," tegasnya.
Sumber: http://www.sapos.co.id/
0 comments