AUSTRALIA (Berita SuaraMedia) - Bagaimanakah cara reptil terbesar di dunia, buaya air asin dapat menjangkau begitu banyak pulau di Pasifik Selatan yang terpisah laut padahal mereka sulit berenang?. Buaya air asin atau buaya muara (Crocodylus porosus) merupakan raksasa ganas yang dapat berkembang sepanjang 7 meter dan berat lebih dari 1000 kilogram. Hewan bersisik ini dikenal dapat memakan hiu, bahkan juga menyerang sesuatu yang tidak dapat mereka makan, perahu misalnya, yang mereka kira sebagai saingan atau lawan.
Hewan ini pernah menggigit benda dengan kekuatan tekanan 2 ton- setara dengan kekuatan untuk menghancurkan tulang ataupun melubangi lambung alumunium.
Predator mematikan ini berburu di daerah tropis di India timur, Asia Tenggara, Australia Utara, dan sebagian besar pulau yang berada di daerah tersebut. Meskipun buaya menghabiskan sebagian besar hidup di air asin, mereka tidak dapat dianggap reptil laut seperti kura-kura laut, karena hewan ini bergantung pada daratan untuk makan dan kebutuhan air.
Kini untuk pertama kalinya digunakan pemancar sonar dan pelacakan satelit oleh para ilmuwan untuk menemukan bahwa buaya ini memanfaatkan arus naik permukaan laut untuk perjalanan jarak jauh, yang memungkinkan mereka untuk perjalanan dari satu pulau samudra ke yang lain.
"Karena buaya adalah hewan yang sulit berenang, rasanya tidak mungkin bahwa mereka berenang di laut yang luas," kata peneliti Hamish Campbell, ahli perilaku ekologi dari University of Queensland, Australia. "Tapi mereka bisa bertahan lama di air asin tanpa makan atau minum, jadi hanya melakukan perjalanan saat arus permukaan dapat menguntungkan sehingga mereka mampu bergerak dengan jarak jauh di laut."
Mereka menemukan bahwa baik pejantan atau betina buaya dewasa akan melakukan perjalanan jarak jauh secara teratur untuk bepergian lebih dari 48 kilometer dari daerah asal ke mulut sungai dan dilanjutkan ke laut terbuka.
Ilmuwan menemukan hewan ini selalu memulai perjalanan jarak jauh dalam waktu satu jam saat terjadi perubahan pasang yang memungkinkan mereka untuk mengikuti arus. Mereka berhenti melakukan perjalanan dengan menepi ke sungai, atau menyelam ke dasar sungai ketika arus berbalik melawan mereka.
"Saya tidak pernah berpikir mereka akan melakukan perjalanan jarak jauh ke laut," kata Campbell kepada LiveScience.
Dengan memperhatikan gerakan reptil yang menggunakan perkiraan permukaan, mereka menemukan strategi bahwa buaya laut berenang dengan cara serupa tindakan mereka saat di sungai.
Ketika reptil itu tiba di selat dan arus bergerak berlawanan dengan arah perjalanan, maka buaya ini kemudian menunggu di sebuah teluk terlindung selama empat hari, dan hanya melewati selat ketika arus beralih mendukung perjalanannya.
Temuan ini bisa menjelaskan mengapa spesies buaya ini tidak dipecah menjadi banyak spesies lainnya, meskipun menempati seluruh pulau yang beragam karena populasi utama telah terisolasi dan berbeda dari yang lainnya sepanjang waktu.
Distribusi yang luas menunjukkan bahwa mereka dapat menyeberangi lautan untuk mencapai lokasi jauh, tetapi sampai sekarang hanya tiga buaya muara yang telah dilacak dalam perjalanan melintasi samudra. Demikian menurut sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan pekan lalu di Journal of Animal Ecology.
Zoolog tidak tahu bagaimana perjalanan jarak jauh reptil seperti tingkat kesinambungan berenang yang diperlukan. Jawabannya, buaya mengendarai arus di permukaan, kata Craig Franklin, zoolog dari University of Queensland di Australia, yang memimpin tim penelitian.
Kelompok (seperti Steve Irwin yang lebih dikenal sebagai 'The Crocodile Hunter'), menghabiskan setahun untuk mempelajari 20 buaya dewasa di Sungai Kennedy, North Queensland, Australia. Implan perangkat akustik yang memancarkan pulsa melalui air digunakan untuk melacak gerakan reptil dengan 20 server yang ditempatkan di sepanjang sungai pasang surut yang membentang 63 kilometer. Sinyal memungkinkan tim untuk mengidentifikasi buaya dan menentukan suhu tubuh.
Para peneliti membandingkan data mereka dengan perkiraan permukaan arus air dari the Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation, Australia's national science agency. Mereka mengidentifikasi bahwa delapan buaya melakukan sebanyak 42 perjalanan jarak jauh lebih dari 10 kilometer per hari. Sebanyak 96% dari perjalanan ini, reptil bepergian memanfaatkan aliran arus.
Sebaliknya, buaya juga mungkin melakukan perjalanan dengan melawan arus namun hanya untuk perjalanan pendek. Ketika air pasang melawan arah tujuan perjalanan, mereka mencatat suhu tubuh meningkat menjadi sekitar 32ºC, menunjukkan bahwa mereka berjemur di bawah sinar matahari di tepi sungai. Ketika arus berbalik menguntungkan mereka, suhu tubuh mereka turun sampai 25ºC, menunjukkan bahwa mereka kembali masuk ke air.
"Mereka tahu kapan arus mengalir ke arah yang mereka ingin untuk melakukan perjalanan. Ini seperti pengambilan keputusan sebelum mereka akan bepergian," kata Franklin.
Perilaku ini tidak jelas apakah dipelajari atau diwariskan. Namun dapat ditarik korelasi antara perilaku migrasi dan kemampuan kognitif buaya dengan burung, karena keduanya lebih erat terkait daripada reptil lainnya, kata Franklin. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kedua hewan menggunakan isyarat magnetik untuk navigasi.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa berselancar di arus laut merupakan metode migrasi yang efektif untuk buaya muara. Surfing juga menyediakan jalan bagi individu-individu dari populasi jauh untuk melintasi hambatan laut dan berkembang biak, membantu untuk menjelaskan mengapa buaya muara tidak diversifikasi ke spesies yang berbeda.
Tapi James Perran Ross, ekolog satwa liar dari University of Florida di Gainesville, tidak yakin bahwa perjalanan laut buaya disengaja, tetapi dia mengatakan bahwa mereka lebih mungkin " hanya insidentil". "Berangkat dengan membuta dari hilir bukanlah sebuah strategi," kata Ross.
"Jika sebuah insiden, mengapa spesies buaya lain tidak juga membuat kesalahan yang sama?" sanggah Franklin. Timnya berencana untuk melacak buaya selama sepuluh tahun ke depan untuk menjelaskan mengapa perjalanan jauh dan bagaimana perilaku ini muncul pada reptil.
sumber : http://www.suaramedia.com/
Hewan ini pernah menggigit benda dengan kekuatan tekanan 2 ton- setara dengan kekuatan untuk menghancurkan tulang ataupun melubangi lambung alumunium.
Predator mematikan ini berburu di daerah tropis di India timur, Asia Tenggara, Australia Utara, dan sebagian besar pulau yang berada di daerah tersebut. Meskipun buaya menghabiskan sebagian besar hidup di air asin, mereka tidak dapat dianggap reptil laut seperti kura-kura laut, karena hewan ini bergantung pada daratan untuk makan dan kebutuhan air.
Kini untuk pertama kalinya digunakan pemancar sonar dan pelacakan satelit oleh para ilmuwan untuk menemukan bahwa buaya ini memanfaatkan arus naik permukaan laut untuk perjalanan jarak jauh, yang memungkinkan mereka untuk perjalanan dari satu pulau samudra ke yang lain.
"Karena buaya adalah hewan yang sulit berenang, rasanya tidak mungkin bahwa mereka berenang di laut yang luas," kata peneliti Hamish Campbell, ahli perilaku ekologi dari University of Queensland, Australia. "Tapi mereka bisa bertahan lama di air asin tanpa makan atau minum, jadi hanya melakukan perjalanan saat arus permukaan dapat menguntungkan sehingga mereka mampu bergerak dengan jarak jauh di laut."
Mereka menemukan bahwa baik pejantan atau betina buaya dewasa akan melakukan perjalanan jarak jauh secara teratur untuk bepergian lebih dari 48 kilometer dari daerah asal ke mulut sungai dan dilanjutkan ke laut terbuka.
Ilmuwan menemukan hewan ini selalu memulai perjalanan jarak jauh dalam waktu satu jam saat terjadi perubahan pasang yang memungkinkan mereka untuk mengikuti arus. Mereka berhenti melakukan perjalanan dengan menepi ke sungai, atau menyelam ke dasar sungai ketika arus berbalik melawan mereka.
"Saya tidak pernah berpikir mereka akan melakukan perjalanan jarak jauh ke laut," kata Campbell kepada LiveScience.
Dengan memperhatikan gerakan reptil yang menggunakan perkiraan permukaan, mereka menemukan strategi bahwa buaya laut berenang dengan cara serupa tindakan mereka saat di sungai.
Ketika reptil itu tiba di selat dan arus bergerak berlawanan dengan arah perjalanan, maka buaya ini kemudian menunggu di sebuah teluk terlindung selama empat hari, dan hanya melewati selat ketika arus beralih mendukung perjalanannya.
Temuan ini bisa menjelaskan mengapa spesies buaya ini tidak dipecah menjadi banyak spesies lainnya, meskipun menempati seluruh pulau yang beragam karena populasi utama telah terisolasi dan berbeda dari yang lainnya sepanjang waktu.
Distribusi yang luas menunjukkan bahwa mereka dapat menyeberangi lautan untuk mencapai lokasi jauh, tetapi sampai sekarang hanya tiga buaya muara yang telah dilacak dalam perjalanan melintasi samudra. Demikian menurut sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan pekan lalu di Journal of Animal Ecology.
Zoolog tidak tahu bagaimana perjalanan jarak jauh reptil seperti tingkat kesinambungan berenang yang diperlukan. Jawabannya, buaya mengendarai arus di permukaan, kata Craig Franklin, zoolog dari University of Queensland di Australia, yang memimpin tim penelitian.
Kelompok (seperti Steve Irwin yang lebih dikenal sebagai 'The Crocodile Hunter'), menghabiskan setahun untuk mempelajari 20 buaya dewasa di Sungai Kennedy, North Queensland, Australia. Implan perangkat akustik yang memancarkan pulsa melalui air digunakan untuk melacak gerakan reptil dengan 20 server yang ditempatkan di sepanjang sungai pasang surut yang membentang 63 kilometer. Sinyal memungkinkan tim untuk mengidentifikasi buaya dan menentukan suhu tubuh.
Para peneliti membandingkan data mereka dengan perkiraan permukaan arus air dari the Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation, Australia's national science agency. Mereka mengidentifikasi bahwa delapan buaya melakukan sebanyak 42 perjalanan jarak jauh lebih dari 10 kilometer per hari. Sebanyak 96% dari perjalanan ini, reptil bepergian memanfaatkan aliran arus.
Sebaliknya, buaya juga mungkin melakukan perjalanan dengan melawan arus namun hanya untuk perjalanan pendek. Ketika air pasang melawan arah tujuan perjalanan, mereka mencatat suhu tubuh meningkat menjadi sekitar 32ºC, menunjukkan bahwa mereka berjemur di bawah sinar matahari di tepi sungai. Ketika arus berbalik menguntungkan mereka, suhu tubuh mereka turun sampai 25ºC, menunjukkan bahwa mereka kembali masuk ke air.
"Mereka tahu kapan arus mengalir ke arah yang mereka ingin untuk melakukan perjalanan. Ini seperti pengambilan keputusan sebelum mereka akan bepergian," kata Franklin.
Perilaku ini tidak jelas apakah dipelajari atau diwariskan. Namun dapat ditarik korelasi antara perilaku migrasi dan kemampuan kognitif buaya dengan burung, karena keduanya lebih erat terkait daripada reptil lainnya, kata Franklin. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kedua hewan menggunakan isyarat magnetik untuk navigasi.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa berselancar di arus laut merupakan metode migrasi yang efektif untuk buaya muara. Surfing juga menyediakan jalan bagi individu-individu dari populasi jauh untuk melintasi hambatan laut dan berkembang biak, membantu untuk menjelaskan mengapa buaya muara tidak diversifikasi ke spesies yang berbeda.
Tapi James Perran Ross, ekolog satwa liar dari University of Florida di Gainesville, tidak yakin bahwa perjalanan laut buaya disengaja, tetapi dia mengatakan bahwa mereka lebih mungkin " hanya insidentil". "Berangkat dengan membuta dari hilir bukanlah sebuah strategi," kata Ross.
"Jika sebuah insiden, mengapa spesies buaya lain tidak juga membuat kesalahan yang sama?" sanggah Franklin. Timnya berencana untuk melacak buaya selama sepuluh tahun ke depan untuk menjelaskan mengapa perjalanan jauh dan bagaimana perilaku ini muncul pada reptil.
sumber : http://www.suaramedia.com/
0 comments