Bahkan embun di atap-atap rumah warga belum banyak yang menguap, ketika kabar buruk ini didengar Hasanudin. Oleh salah seorang warganya yang datang dengan membawa segunung kegugupan, Ketua RT01/RW05 Plantar I Tanjunguma itu dikabari bahwa A, anak Suratni, mengamuk di rumah ibu kandungya dengan sebilah pisau di tangan. Seisi rumah panggung papan yang dimanfaatkan sebagai toko kelontong diobrak-abrik pemuda putus sekolah berusia 17 tahun itu. Puluhan barang dagangan ibunya diambil A, kemudian dibanting ke lantai atau dilemparkan begitu saja.
‘’Semua orang mau masuk diancam dia,” kata Hasanudin menggambarkan kemarahan A saat hendak dicegah warga untuk tidak meneruskan amuknya. Ditemui POSMETRO seusai kejadian, Hasanudin dan warga yang lain semula tak bisa melakukan apa-apa untuk meredakan amarah A. Hanya nasihat saja yang bisa diberikan warga. Sang ibu, Suratni, hanya bisa menangis sembari sembari minta pada sang anak untuk menghentikan amukannya.
Tapi, nasihat saja tak mempan menyetop kemarahan pemuda yang dikenal suka ngelem tersebut. Kebrutalan A kian menjadi. Nyaris seisi kios dan kamarnya dibuat porak poranda. Namun, lama kelamaan warga pun mulai emosi melihat aksinya si bocah tersebut. “Warga mulai marah. Karena dia pegang pisau, warga juga pegang balok, jaga-jaga kalau dia serang warga,” ujar Hasanudin diiyakan warga lainnya.
Pukul 08.00 WIB. Nyaris setengah jam mengamuk, tidak ada tanda-tanda A bakal berhenti. Warga pun semakin banyak berkumpul di depan rumah Suratni. Suratni sendiri, terus saja membujuk sang anak untuk menghentikan amukannya. Tapi, A semakin kalap dan marah-marah di dalam rumahnya.
Puncaknya, dengan pisau yang masih tergenggam di tangannya, A langsung berlari menuju ke dapur rumahnya. Tidak sampai satu menit, A kembali lagi ke ruang tengah sambil menenteng kompor minyak, dan langsung masuk ke dalam kamar adik tirinya. Braak! Kompor minyak warna silver itu pun dibantingkan A di atas kasur adiknya. Minyak dari dalam kompor pun bertebaran di atas kasur.
“Terus dia langsung bakar kasur. Api langsung naik sampai ke atap,” kata Hasanudin. Warga yang melihat aksi nekat A langsung emosi dan berusaha memadamkan api. Ya, maklum saja, rumah di pelantar itu, sebagian beasr rumah terbuat dari papan. Mereka khawatir api dari rumah Suratni merembet membakar rumah-rumah yang lain.
Api dari kasur yang dibakar A meninggi. Warga panik. Beberapa warga kemudian merangsak masuk, sebagian lagi menjebol dinding kamar untuk segera memadamkan api. Sementara Hasanudin, berusaha menangkap A yang ketika api membumbung tinggi berlari ke dalam kamarnya di samping kamar adiknya. “Saya nekat saja walau dia pegang pisau. Terus saya bawa dia pergi, karena saya takut warga emosi dan dia dihajar massa,” ujar Hasanudin.
Beruntung, meskipun api sempat membumbung tinggi, warga berhasil memadamkannya. Akibat kebakaran itu, salah satu dinding kamar rumah Suratni harus dijebol untuk memdamkan api, kasur beberapa bagian kamarnya juga hangus terbakar api. Kerusakan yang sama juga terjadi di kios yang menjadi satu dengan rumah mereka, yang terletak di samping. A sendiri, langsung digelandang ke kantor Polsekta Lubukbaja.
Ade Kurang Perhatian
Kenapa A mengamuk hingga mau membakar rumah ibu kandungnya? Sehari-harinya, A memang dikenal suka menghirup lem. Pemuda putus sekolah itu juga tidak pernah mau mendengar larangan ibunya apalagi bapaknya. “Karena bapaknya itu bapak tirinya,” kata seorang tetangga A.
Sebenarnya, tanda-tanda A akan mengamuk sudah terlihat sejak pagi hari sebelum kejadian. A memang sudah berniat membakar rumah ibunya dengan menumpuk kardus bekas yang sudah terbakar di salah satu kamar kosong yang dikontrakkan Suratni di samping rumah utama. “Tapi dia gak jadi karena ketahuan warga,” ujar Hasanudin saat menunjukkan bekas pembakaran yang dilakukan A .
Setelah usahanya diketahui warga, tidak disangka-sangka, A malah mengamuk dan membakar rumahnya sediri. Seorang pria yang mengaku kerabat A dan minta namanya tidak dikorankan mengungkapkan, salah satu penyebab A mengamuk adalah, karena selama ini Ade merasa kurang diperhatikan oleh Suratni. “A itu masih keluarga juga, jadi saya tahu. Rumahnya pun dekat dengan saya,” kata pemuda berambut gondrong itu pada POSMETRO.
Sumber : http://www.posmetrobatam.com/
‘’Semua orang mau masuk diancam dia,” kata Hasanudin menggambarkan kemarahan A saat hendak dicegah warga untuk tidak meneruskan amuknya. Ditemui POSMETRO seusai kejadian, Hasanudin dan warga yang lain semula tak bisa melakukan apa-apa untuk meredakan amarah A. Hanya nasihat saja yang bisa diberikan warga. Sang ibu, Suratni, hanya bisa menangis sembari sembari minta pada sang anak untuk menghentikan amukannya.
Tapi, nasihat saja tak mempan menyetop kemarahan pemuda yang dikenal suka ngelem tersebut. Kebrutalan A kian menjadi. Nyaris seisi kios dan kamarnya dibuat porak poranda. Namun, lama kelamaan warga pun mulai emosi melihat aksinya si bocah tersebut. “Warga mulai marah. Karena dia pegang pisau, warga juga pegang balok, jaga-jaga kalau dia serang warga,” ujar Hasanudin diiyakan warga lainnya.
Pukul 08.00 WIB. Nyaris setengah jam mengamuk, tidak ada tanda-tanda A bakal berhenti. Warga pun semakin banyak berkumpul di depan rumah Suratni. Suratni sendiri, terus saja membujuk sang anak untuk menghentikan amukannya. Tapi, A semakin kalap dan marah-marah di dalam rumahnya.
Puncaknya, dengan pisau yang masih tergenggam di tangannya, A langsung berlari menuju ke dapur rumahnya. Tidak sampai satu menit, A kembali lagi ke ruang tengah sambil menenteng kompor minyak, dan langsung masuk ke dalam kamar adik tirinya. Braak! Kompor minyak warna silver itu pun dibantingkan A di atas kasur adiknya. Minyak dari dalam kompor pun bertebaran di atas kasur.
“Terus dia langsung bakar kasur. Api langsung naik sampai ke atap,” kata Hasanudin. Warga yang melihat aksi nekat A langsung emosi dan berusaha memadamkan api. Ya, maklum saja, rumah di pelantar itu, sebagian beasr rumah terbuat dari papan. Mereka khawatir api dari rumah Suratni merembet membakar rumah-rumah yang lain.
Api dari kasur yang dibakar A meninggi. Warga panik. Beberapa warga kemudian merangsak masuk, sebagian lagi menjebol dinding kamar untuk segera memadamkan api. Sementara Hasanudin, berusaha menangkap A yang ketika api membumbung tinggi berlari ke dalam kamarnya di samping kamar adiknya. “Saya nekat saja walau dia pegang pisau. Terus saya bawa dia pergi, karena saya takut warga emosi dan dia dihajar massa,” ujar Hasanudin.
Beruntung, meskipun api sempat membumbung tinggi, warga berhasil memadamkannya. Akibat kebakaran itu, salah satu dinding kamar rumah Suratni harus dijebol untuk memdamkan api, kasur beberapa bagian kamarnya juga hangus terbakar api. Kerusakan yang sama juga terjadi di kios yang menjadi satu dengan rumah mereka, yang terletak di samping. A sendiri, langsung digelandang ke kantor Polsekta Lubukbaja.
Ade Kurang Perhatian
Kenapa A mengamuk hingga mau membakar rumah ibu kandungnya? Sehari-harinya, A memang dikenal suka menghirup lem. Pemuda putus sekolah itu juga tidak pernah mau mendengar larangan ibunya apalagi bapaknya. “Karena bapaknya itu bapak tirinya,” kata seorang tetangga A.
Sebenarnya, tanda-tanda A akan mengamuk sudah terlihat sejak pagi hari sebelum kejadian. A memang sudah berniat membakar rumah ibunya dengan menumpuk kardus bekas yang sudah terbakar di salah satu kamar kosong yang dikontrakkan Suratni di samping rumah utama. “Tapi dia gak jadi karena ketahuan warga,” ujar Hasanudin saat menunjukkan bekas pembakaran yang dilakukan A .
Setelah usahanya diketahui warga, tidak disangka-sangka, A malah mengamuk dan membakar rumahnya sediri. Seorang pria yang mengaku kerabat A dan minta namanya tidak dikorankan mengungkapkan, salah satu penyebab A mengamuk adalah, karena selama ini Ade merasa kurang diperhatikan oleh Suratni. “A itu masih keluarga juga, jadi saya tahu. Rumahnya pun dekat dengan saya,” kata pemuda berambut gondrong itu pada POSMETRO.
Sumber : http://www.posmetrobatam.com/
0 comments