Informasi Kesehatan dan Tips Gaya Hidup Sehat

Sunday, June 13, 2010

Simpanse Sensitif Hadapi Kematian Kerabatnya
Diyakini bahwa manusia hanya emosional dan sensitif terhadap kematian orang yang kita cintai, namun dua studi terbaru yang dipublikasikan di Current Biology menunjukkan bahwa simpanse juga memiliki perasaan tambahan lain dan butuh waktu untuk “melupakan” kematian kerabat mereka. Dalam sebuah kasus, peneliti mengamati melalui video saat-saat terakhir dari simpanse betina tua dalam kelompok kecil satwa di sebuah taman safari Inggris.

“Beberapa fenomena yang dianggap membedakan manusia dari spesies lain adalah dalam hal kemampuan penalaran, kemampuan bahasa, menggunakan alat, variasi budaya, dan kesadaran diri, sebagai contohnya. Tetapi sains telah memberikan bukti kuat bahwa batas antara kita dan spesies lainnya adalah tidak jauh berbeda seperti didefinisikan dengan jelas sebagaimana dulu dipikirkan banyak orang, “kata Dr James Anderson dari Inggris Universitas Stirling dalam siaran pers.

“Kesadaran tentang kematian adalah fenomena psikologis yang lain. Temuan yang telah kami jelaskan, bersamaan dengan observasi lainnya tentang bagaimana simpanse menanggapi sahabatnya yang mati atau sedang sekarat, menunjukkan bahwa kesadaran mereka tentang kematian mungkin lebih tinggi dari yang diperkirakan. Ini mungkin terkait dengan rasa kesadaran diri mereka, ditunjukkan melalui fenomena seperti pengenalan terhadap diri sendiri dan empati terhadap orang lain. “

Dahulu pernah diketahui induk simpanse menggendong bayinya yang sudah meninggal, kata Anderson, tetapi beberapa orang memiliki kesempatan menyaksikan respon simpanse ketika menghadapi kematiannya sendiri dan kematian kerabat dewasa terdekatnya.

Berbeda dengan ketika menghadapi kematian simpanse dewasa yang traumatic dan bising, simpanse yang menyaksikan kematian pasangan betinanya kami temukan kondisi mereka lebih tenang,” katanya.

Pada hari-hari terakhir sebelum kematian simpanse, kelompok tersebut terlihat tetap tenang dan memberikan perhatian padanya, seperti yang dilaporkan para peneliti, menurut siaran pers. Tepat sebelum dia meninggal, yang lain sangat dekat dan memedulikannya, mungkin memastikan terhadap masih ada atau tidaknya tanda-tanda kehidupan. Setelah kematiannya, kelompok tersebut meninggalkannya, tapi anak betina yang telah dewasa kembali dan menungguinya sepanjang malam.

Ketika para penjaga memindahkan tubuh ibunya pada esok harinya, simpanse tetap tenang. Selama beberapa hari, mereka menghindari tidur di tempat kematian simpanse betina meskipun sebelumnya itu adalah tempat tidur favorit mereka.

“Secara umum, kami menemukan beberapa kesamaan di antara perilaku simpanse terhadap simpanse betina yang sekarat, dan perilaku mereka setelah kematiannya, dengan beberapa reaksi manusia ketika menghadapi kematian anggota keluarga yang lebih tua atau kerabat, meskipun simpanse tidak memiliki keyakinan agama atau ritual yang berkaitan dengan kematian, “kata Anderson.

Dalam studi lainnya, Dr. Dora Biro dari Universitas Oxford dan rekan-rekannya mengamati kematian dari lima anggota, dua di antaranya adalah bayi komunitas simpanse agak terisolasi yang telah dipelajari para peneliti selama lebih dari 30 tahun di sekitar hutan Bossou, Papua Nugini.

“Kami mengamati kematian dua bayi muda — kedua-duanya disebabkan oleh penyakit pernapasan semacam flu,” kata Biro sebagaimana siaran pers yang diberikan. “Dalam setiap kasus, pengamatan kami menunjukkan respons yang luar biasa oleh induk simpanse terhadap kematian bayi mereka: Mereka terus membawa mayat selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan setelah kematiannya.”

Selama waktu itu, mayat-mayat sepenuhnya dimumikan. Para induk simpanse merawat mayat-mayat mereka seakan mereka mengharapkan bayinya hidup, seperti merawat mereka, membawa mereka pada siang hari, dan membawanya kembali ke sarang mereka.

Para induk simpanse “membiarkan” bayi-bayi mereka seperti memperbolehkan anggota lain dalam grup tersebut untuk semakin memperhatikan. Misalnya, bayi yang hidup diizinkan untuk membawa keluar dan bermain dengan mayat-mayat.

“Bagaimana mereka memandang kematian adalah sebuah pertanyaan menarik,” kata Biro. “Ada sedikit data tentang tanggapan simpanse terhadap pelepasan kekerabatan atau hubungan individu di lingkungan cagar atau di alam bebas. Pengamatan kami menegaskan adanya ikatan yang sangat kuat antara ibu dan keturunan mereka yang dapat bertahan, dengan menonjol, bahkan setelah kematian bayi, dan lebih jauh mereka berupaya untuk menjelaskan semakin jauh tentang kemampuan untuk memahami dari simpanse dan pengaruh kematian kerabat dekat atau kelompok-dekatnya.“
sumber : http://www.epochtimes.co.id/
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Informasi Kesehatan dan Tips Gaya Hidup Sehat
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top