
Gol yang semestinya menjadi milik Inggris saat tendangan Frank Lampard menerpa mistar gawang Jerman, memantul melewati garis gawang, kemudian bola bernama Jabulani itu melenting keluar. Tetapi wasit Jorge Larrionda menilai tidak ada gol. Keputusan kontroversial yang diambil Lorrionda itu makin menambah daftar keputusan yang dinilai kurang adil dari wasit asal Uruguay itu. Wasit kelahiran 9 Maret 1968 dan telah menjadi wasit FIFA sejak 1998, memang dikenal memiliki catatan panjang terkait keputusan yang dianggap tidak adil.
Larrionda yang bernama lengkap Jorge Luis Larrionda Pietrafesa, dikenal gemar merogoh kartu merah. Itu pula yang membuatnya dijuluki Larrionda si Kartu Merah.
Sebagai wasit papan atas FIFA, Lorrionda masuk daftar wasit yang dipanggil untuk bertugas di Piala Dunia 2002 silam. Tetapi dia gagal terbang ke Korsel-Jepang, setelah Asosiasi Sepak Bola Uruguay justru mengganjarnya skors enam bulan, hanya selang dua hari setelah pengumuman FIFA itu.
Pihak sepak bola Uruguay tidak membeberkan kepana Lorrionda diskors, dan hanya menyatakan telah terjadi pelanggaran. Lorrionda menjadi salah satu dari lima wasit yang diskors. Kemudian dilaporkan, Lorrionda diskors karena dugaan terlibat korupsi.
Tetapi, kariernya tetap menanjak dan menjadi salah satu wasit pada Piala Dunia 2006 Jerman. Dia memimpin empat pertandingan, termasuk duel semifinal antara Prancis dan Portugal yang membuatnya diterpa kritikan. Demikian pula saat memimpin pertandingan Amerika Serikat, sehingga Lorrionda menjadi wasit paling dibenci publik sepak bola 'Negeri Paman Sam' itu, karena keputusan yang dianggap miring ke tim lawan.
Padahal, Lorrionda terus membuat keputusan kontroversial. Saat memimpin pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2006 Zona Amerika Latin, yakni saat laga antara Brasil dan Kolombia, 13 Oktober 2004. Dia menganulir gol Kolombia pada menit ke-70, karena menganggap telah terjadi off-side. Gol Brasil juga tidak dia sahkan, kendati bola yang membentur mistar telah masuk melewati garis gawang lebih dari setengah meter. Pertandingan akhirnya berakhir imbang.
Di Piala Dunia 2006, Lorrionda dihujani kritik dari komentator bola di televisi Inggris dan AS, kala memimpin pertandingan antara Italia dan AS. Pasalnya, dia mengeluarkan tiga kartu merah untuk Danielle de Rossi (Italia) karena menyikut Brian McBride, kemudian Pablos Mastroeni karena takling dua kaki, serta Eddie Pope yang diganjar kartu kuning kedua.
Ternyata kritik itu tidak membuat Lorrionda tersisih. Dia tetap masuk wasit yang bertugas di laga krusial yakni semifinal antara Prancis dan Portugal. Prancis diuntungkan setelah mendapat hadiah penalti akibat bek Ricardo Carvalho mengganjal Thierry Henry di kotak terlarang. Gol tercipta setelah Zinedine Zidane mengeksekusi penalti dengan baik. Tetapi Lorrionda tidak memberikan penalti ketika Cristiano Ronaldo dilanggar di kotak terlarang Prancis. Keputusan yang membuat pelatih Portugal Luiz Felipe Scolari meradang, karena timnya tersisih dengan kalah 0-1.
Di laga itu, banyak pemain yang pura-pura jatuh dan berakting kesakitan. Tetapi Lorrionda hanya mengeluarkan dua kartu kuning, satu untuk Carvalho dan satu lagi untuk striker Prancis Louis Saha. Kartu yang membuat kedua pemain itu diskors satu laga karena akumulasi kartu, sehingga keduanya gagal bermain di perebutan posisi ketiga, dan laga final.
Kontroversi terus berlanjut hingga Piala Konfederasi, setahun lalu, ketika Lorrionda memimpin laga AS melawan Spanyol.Di laga semifinal yang dimenangi AS 2-0, Lorrionda hanya mengumbar empat kartu kuning--masing-masing dua untuk setiap tim. Tetapi dia langsung mengganjar kartu merah kepada Michael Bradley (AS) di akhir pertandingan, karena memprotes wasit. Bahkan Bradley yang semestinya diskors dua pertandingan, berubah menjadi hukuman tiga kali larangan main karena melanjutkan protes seusai pertandingan.
Di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Lorrionda telah memimpin duel Serbia dan Australia di babak penyisihan grup. Kontroversi pun tercipta ketika Serbia tidak mendapatkan penalti ketika penyerang Australia Tim Cahill menyentuh bola di kotak terlarang. Gol yang bisa mengantar Serbia lolos ke babak kedua. Keputusan Lorrionda membuat Serbia kalah 1-2, sehingga tersisih.
Dan yang terakhir, gol Inggris diabaikan oleh Lorrionda. Bola yang telah melewati garis gawang tidak disahkan sebagai gol. Inggris pun tetap tertinggal 1-2 dari musuh besarnya, Jerman. Di akhir pertandingan, Inggris tergilas 1-4. Nahas Inggris, tersisih dan Lorrionda terus merangkai kontroversi yang kian memanjang.
Sumber: hhttp://www.mediaindonesia.com/
Larrionda yang bernama lengkap Jorge Luis Larrionda Pietrafesa, dikenal gemar merogoh kartu merah. Itu pula yang membuatnya dijuluki Larrionda si Kartu Merah.
Sebagai wasit papan atas FIFA, Lorrionda masuk daftar wasit yang dipanggil untuk bertugas di Piala Dunia 2002 silam. Tetapi dia gagal terbang ke Korsel-Jepang, setelah Asosiasi Sepak Bola Uruguay justru mengganjarnya skors enam bulan, hanya selang dua hari setelah pengumuman FIFA itu.
Pihak sepak bola Uruguay tidak membeberkan kepana Lorrionda diskors, dan hanya menyatakan telah terjadi pelanggaran. Lorrionda menjadi salah satu dari lima wasit yang diskors. Kemudian dilaporkan, Lorrionda diskors karena dugaan terlibat korupsi.
Tetapi, kariernya tetap menanjak dan menjadi salah satu wasit pada Piala Dunia 2006 Jerman. Dia memimpin empat pertandingan, termasuk duel semifinal antara Prancis dan Portugal yang membuatnya diterpa kritikan. Demikian pula saat memimpin pertandingan Amerika Serikat, sehingga Lorrionda menjadi wasit paling dibenci publik sepak bola 'Negeri Paman Sam' itu, karena keputusan yang dianggap miring ke tim lawan.
Padahal, Lorrionda terus membuat keputusan kontroversial. Saat memimpin pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2006 Zona Amerika Latin, yakni saat laga antara Brasil dan Kolombia, 13 Oktober 2004. Dia menganulir gol Kolombia pada menit ke-70, karena menganggap telah terjadi off-side. Gol Brasil juga tidak dia sahkan, kendati bola yang membentur mistar telah masuk melewati garis gawang lebih dari setengah meter. Pertandingan akhirnya berakhir imbang.
Di Piala Dunia 2006, Lorrionda dihujani kritik dari komentator bola di televisi Inggris dan AS, kala memimpin pertandingan antara Italia dan AS. Pasalnya, dia mengeluarkan tiga kartu merah untuk Danielle de Rossi (Italia) karena menyikut Brian McBride, kemudian Pablos Mastroeni karena takling dua kaki, serta Eddie Pope yang diganjar kartu kuning kedua.
Ternyata kritik itu tidak membuat Lorrionda tersisih. Dia tetap masuk wasit yang bertugas di laga krusial yakni semifinal antara Prancis dan Portugal. Prancis diuntungkan setelah mendapat hadiah penalti akibat bek Ricardo Carvalho mengganjal Thierry Henry di kotak terlarang. Gol tercipta setelah Zinedine Zidane mengeksekusi penalti dengan baik. Tetapi Lorrionda tidak memberikan penalti ketika Cristiano Ronaldo dilanggar di kotak terlarang Prancis. Keputusan yang membuat pelatih Portugal Luiz Felipe Scolari meradang, karena timnya tersisih dengan kalah 0-1.
Di laga itu, banyak pemain yang pura-pura jatuh dan berakting kesakitan. Tetapi Lorrionda hanya mengeluarkan dua kartu kuning, satu untuk Carvalho dan satu lagi untuk striker Prancis Louis Saha. Kartu yang membuat kedua pemain itu diskors satu laga karena akumulasi kartu, sehingga keduanya gagal bermain di perebutan posisi ketiga, dan laga final.
Kontroversi terus berlanjut hingga Piala Konfederasi, setahun lalu, ketika Lorrionda memimpin laga AS melawan Spanyol.Di laga semifinal yang dimenangi AS 2-0, Lorrionda hanya mengumbar empat kartu kuning--masing-masing dua untuk setiap tim. Tetapi dia langsung mengganjar kartu merah kepada Michael Bradley (AS) di akhir pertandingan, karena memprotes wasit. Bahkan Bradley yang semestinya diskors dua pertandingan, berubah menjadi hukuman tiga kali larangan main karena melanjutkan protes seusai pertandingan.
Di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Lorrionda telah memimpin duel Serbia dan Australia di babak penyisihan grup. Kontroversi pun tercipta ketika Serbia tidak mendapatkan penalti ketika penyerang Australia Tim Cahill menyentuh bola di kotak terlarang. Gol yang bisa mengantar Serbia lolos ke babak kedua. Keputusan Lorrionda membuat Serbia kalah 1-2, sehingga tersisih.
Dan yang terakhir, gol Inggris diabaikan oleh Lorrionda. Bola yang telah melewati garis gawang tidak disahkan sebagai gol. Inggris pun tetap tertinggal 1-2 dari musuh besarnya, Jerman. Di akhir pertandingan, Inggris tergilas 1-4. Nahas Inggris, tersisih dan Lorrionda terus merangkai kontroversi yang kian memanjang.
Sumber: hhttp://www.mediaindonesia.com/
0 comments