
Rumah tangga adalah sebuah ruang yang sangat pribadi dalam sebuah bangunan bernama masyarakat, tak banyak yang tahu apa yang terjadi dalam sebuah rumah tangga, dari luar terlihat harmonis tetapi ternyata didalamnya sarat dengan pertikaian dan beragam konflik. Dulu ketika ijab qobul pada hari pernikahan hati kita berbunga-bunga bak taman bunga bermekaran, sejuta harapan menggapai hari-hari nan indah, merajut benang-benang cinta nan mesra, dari lubuk hati yang paling dalam pun terbesit ikrar “aku akan membahagiakanmu, aku akan setia padamu, aku akan menyayangimu” dst.
Ternyata itu masa lalu, tetapi sekarang banyak fakta tak terbantahkan bahwa sering terjadi hak-hak pasangan kita terabaikan, padahal jika kita runut percikan api konflik dalam rumah tangga berawal dari terabaikannya hak-hak pasangan kita, terbaginya perhatian yang berlebihan dan kurang menerima kekurangan dari pasangan kita.
Dalam masyarakat bisa jadi suami kita dianggap sesepuh/tokoh, bisa bersikap sabar, ramah dan santun tetapi di dalam rumah sendiri malah bersikap kasar, bengis dan kurang bijak sehingga terkadang ketika ada sedikit perselisihan dengan mudahnya piring, gelas dan alat rumah tangga lainnya berterbangan dan lebih parah lagi hanya gara-gara hal sepele dengan gampang ancaman cerai pun dilontarkan. Begitu juga para isteri yang punya tabiat bersolek dan tampil cantik terkadang salah dalam bersikap, yakni mereka akan terlihat sangat cantik jika pergi keluar rumah saja. Berbelanja atau arisan misalnya ia bisa memakai lebih dari tujuh jenis kosmetik diwajahnya, bau parfumnya bisa tercium sampai belasan meter, dan gaun yang dipakainya terlihat seksi sehingga mengganggu aktivitas para lelaki yang melihatnya. Namun ketika berada di rumah (didepan sang suami) justeru berpakaian apa adanya, wajahnya kusut kusam tak berkosmetik, rambutnya hanya terikat karet gelang, dan aroma badannya seperti bau bumbu dapur campur keringet, itu semua merupakan benih pisah ranjang.
Rasulullah SAW memaknakan menikah adalah meyempurnakan setengah dari agamanya, ungkapan ini menegaskan betapa pernikahan menduduki posisi yang mulia dalam Islam, menikah bukan sekedar ritual untuk menghalalkan *“AKTIVITAS RANJANG” saja melainkan lebih dari itu.pernikahan merupakan usaha penegakan syariat Islam, sehingga pada kesempatan lain asulullah SAW mengancam bukan golonganku bagi umat yang tidak suka dengan sunah nikah ini.
Membangun rumah tangga yang harmonis dengan istilah agama sakinah, mawaddah dan rahmah ternyata tidak mudah. Lalu bagaimana menyikapi problematika rumah tangga kita? Tentu kita harus merujuk pada aturan Tuhan yang sudah diterjemahkan melalui rumah tangga Rasulullah SAW.
Ternyata itu masa lalu, tetapi sekarang banyak fakta tak terbantahkan bahwa sering terjadi hak-hak pasangan kita terabaikan, padahal jika kita runut percikan api konflik dalam rumah tangga berawal dari terabaikannya hak-hak pasangan kita, terbaginya perhatian yang berlebihan dan kurang menerima kekurangan dari pasangan kita.
Dalam masyarakat bisa jadi suami kita dianggap sesepuh/tokoh, bisa bersikap sabar, ramah dan santun tetapi di dalam rumah sendiri malah bersikap kasar, bengis dan kurang bijak sehingga terkadang ketika ada sedikit perselisihan dengan mudahnya piring, gelas dan alat rumah tangga lainnya berterbangan dan lebih parah lagi hanya gara-gara hal sepele dengan gampang ancaman cerai pun dilontarkan. Begitu juga para isteri yang punya tabiat bersolek dan tampil cantik terkadang salah dalam bersikap, yakni mereka akan terlihat sangat cantik jika pergi keluar rumah saja. Berbelanja atau arisan misalnya ia bisa memakai lebih dari tujuh jenis kosmetik diwajahnya, bau parfumnya bisa tercium sampai belasan meter, dan gaun yang dipakainya terlihat seksi sehingga mengganggu aktivitas para lelaki yang melihatnya. Namun ketika berada di rumah (didepan sang suami) justeru berpakaian apa adanya, wajahnya kusut kusam tak berkosmetik, rambutnya hanya terikat karet gelang, dan aroma badannya seperti bau bumbu dapur campur keringet, itu semua merupakan benih pisah ranjang.
Rasulullah SAW memaknakan menikah adalah meyempurnakan setengah dari agamanya, ungkapan ini menegaskan betapa pernikahan menduduki posisi yang mulia dalam Islam, menikah bukan sekedar ritual untuk menghalalkan *“AKTIVITAS RANJANG” saja melainkan lebih dari itu.pernikahan merupakan usaha penegakan syariat Islam, sehingga pada kesempatan lain asulullah SAW mengancam bukan golonganku bagi umat yang tidak suka dengan sunah nikah ini.
Membangun rumah tangga yang harmonis dengan istilah agama sakinah, mawaddah dan rahmah ternyata tidak mudah. Lalu bagaimana menyikapi problematika rumah tangga kita? Tentu kita harus merujuk pada aturan Tuhan yang sudah diterjemahkan melalui rumah tangga Rasulullah SAW.
0 comments