
KAIRO – Juru bicara Al-Qaeda kelahiran Amerika kembali menegaskan persyaratan gerakan tersebut untuk berdamai dengan AS. Ia meminta Presiden Barack Obama menarik keluar pasukan dari Irak dan Afghanistan, menghentikan dukungan kepada Israel, berhenti mengintervensi urusan Muslim dan membebaskan para tahanan Muslim. Tayangan video berdurasi 24 menit tersebut muncul setelah pesan terakhir Al-Qaeda yang dirilis Maret lalu. Rekaman video tersebut diunggah di sebuah situs pada hari Minggu.
Adam Gadahn mengatakan Kekalahan Partai Demokrat dalam perebutan kursi Senat Massachusetts bulan Januari lalu semakin membuktikan memudarnya popularitas Obama.
Dengan mengenakan surban dan jubah putih, Gadahn mengatakan kepada Obama, "Kau tidak lagi sepopuler dahulu, satu tahun lalu."
Gadahn mengatakan, "Jika dibandingkan antara jumlah Muslim yang tewas dengan sedikit orang Amerika yang telah kami bunuh sejauh ini, sudah jelas bahwa kami bahkan belum mulai."
"Itulah mengapa lain kali kami tidak akan menahan diri seperti yang kami lakukan hingga saat ini," katanya. Ia menambahkan bahwa jika Al-Qaeda kalah, ada ratusan juta Muslim yang masih tetap akan memerangi AS.
Al-Qaeda menawarkan persyaratan yang sama kepada Presiden George W. Bush pada 2007, termasuk pembebasan seluruh tahanan Muslim dan memotong arus bantuan kepada pemerintah-pemerintah Timur Tengah.
Gadahn menyebut Obama seorang presiden Amerika yang penuh tipu daya, suka mengelak, menyerupai ular, yang memiliki nama Muslim. Ia agaknya senang dengan kemunduran-kemunduran Obama.
Saat Obama terpilih, banyak analis mengatakan Al-Qaeda khawatir ras dan hubungan keluarga Muslimnya akan membuat Obama lebih menarik di mata dunia Muslim dan Arab yang marah dengan kebijakan luar negeri Bush.
Dalam berbagai pernyataan yang dirilis setelah terpilihnya Obama, Al-Qaeda menunjukkan kebijakan luar negeri Obama merupakan kelanjutan kebijakan Bush.
Gadahn dicari oleh FBI sejak tahun 2004 dan informasi yang berujung pada penangkapannya dihargai $1 juta. Gadahn juga dikenal dengan nama Azzam al-Amriki.
Sementara itu, disebutkan bahwa seorang komandan top Al-Qaeda, Abu Ahmad, termasuk di antara 15 orang yang tewas dalam serangan drone AS di Pakistan pada hari Sabtu lalu.
Menurut sebuah saluran televisi swasta, Abu termasuk dalam jajaran komandan top Al-Qaeda dan terlibat dalam serangkaian serangan di Afghanistan, yang diluncurkan dari Pakistan.
Serangan tersebut merupakan serangan drone yang ke-216, dan sejauh ini telah menewaskan lebih dari 900 orang, sebagian besar warga sipil, di kawasan suku sebelah barat laut Pakistan sejak tahun 2008.
Serangan peluru kendali tersebut terjadi saat utusan khusus AS untuk Afghanistan dan Pakistan, Richard Holbrooke, tengah berada di Islamabad.
Awal bulan ini, sebuah laporan dari seorang pejabat tinggi PBB mengkritik pemerintahan Obama karena melanjutkan serangan drone CIA di kawasan suku semiotonomi Pakistan dan mengakibatkan tewasnya korban sipil yang tidak terhitung jumlahnya.
Dalam laporannya, penyelidik khusus PBB Philip Alston mengatakan serangan drone tersebut masuk dalam kategori "izin pembunuhan" tanpa dimintai tanggung jawab, sebuah lisensi pembunuhan yang tidak diinginkan AS dimiliki negara lain.
Saat pemerintahan Obama masih belum menyatakan bertanggung jawab di hadapan publik atas serangan drone, CIA tetap menegaskan bahwa serangan yang dilancarkan dari pesawat tanpa awak tersebut diawasi oleh Gedung Putih maupun Kongres AS, CIA juga membantah laporan bahwa lembaga intelijen AS tersebut tidak bertanggung jawab.
sumber : http://www.suaramedia.com/
Adam Gadahn mengatakan Kekalahan Partai Demokrat dalam perebutan kursi Senat Massachusetts bulan Januari lalu semakin membuktikan memudarnya popularitas Obama.
Dengan mengenakan surban dan jubah putih, Gadahn mengatakan kepada Obama, "Kau tidak lagi sepopuler dahulu, satu tahun lalu."
Gadahn mengatakan, "Jika dibandingkan antara jumlah Muslim yang tewas dengan sedikit orang Amerika yang telah kami bunuh sejauh ini, sudah jelas bahwa kami bahkan belum mulai."
"Itulah mengapa lain kali kami tidak akan menahan diri seperti yang kami lakukan hingga saat ini," katanya. Ia menambahkan bahwa jika Al-Qaeda kalah, ada ratusan juta Muslim yang masih tetap akan memerangi AS.
Al-Qaeda menawarkan persyaratan yang sama kepada Presiden George W. Bush pada 2007, termasuk pembebasan seluruh tahanan Muslim dan memotong arus bantuan kepada pemerintah-pemerintah Timur Tengah.
Gadahn menyebut Obama seorang presiden Amerika yang penuh tipu daya, suka mengelak, menyerupai ular, yang memiliki nama Muslim. Ia agaknya senang dengan kemunduran-kemunduran Obama.
Saat Obama terpilih, banyak analis mengatakan Al-Qaeda khawatir ras dan hubungan keluarga Muslimnya akan membuat Obama lebih menarik di mata dunia Muslim dan Arab yang marah dengan kebijakan luar negeri Bush.
Dalam berbagai pernyataan yang dirilis setelah terpilihnya Obama, Al-Qaeda menunjukkan kebijakan luar negeri Obama merupakan kelanjutan kebijakan Bush.
Gadahn dicari oleh FBI sejak tahun 2004 dan informasi yang berujung pada penangkapannya dihargai $1 juta. Gadahn juga dikenal dengan nama Azzam al-Amriki.
Sementara itu, disebutkan bahwa seorang komandan top Al-Qaeda, Abu Ahmad, termasuk di antara 15 orang yang tewas dalam serangan drone AS di Pakistan pada hari Sabtu lalu.
Menurut sebuah saluran televisi swasta, Abu termasuk dalam jajaran komandan top Al-Qaeda dan terlibat dalam serangkaian serangan di Afghanistan, yang diluncurkan dari Pakistan.
Serangan tersebut merupakan serangan drone yang ke-216, dan sejauh ini telah menewaskan lebih dari 900 orang, sebagian besar warga sipil, di kawasan suku sebelah barat laut Pakistan sejak tahun 2008.
Serangan peluru kendali tersebut terjadi saat utusan khusus AS untuk Afghanistan dan Pakistan, Richard Holbrooke, tengah berada di Islamabad.
Awal bulan ini, sebuah laporan dari seorang pejabat tinggi PBB mengkritik pemerintahan Obama karena melanjutkan serangan drone CIA di kawasan suku semiotonomi Pakistan dan mengakibatkan tewasnya korban sipil yang tidak terhitung jumlahnya.
Dalam laporannya, penyelidik khusus PBB Philip Alston mengatakan serangan drone tersebut masuk dalam kategori "izin pembunuhan" tanpa dimintai tanggung jawab, sebuah lisensi pembunuhan yang tidak diinginkan AS dimiliki negara lain.
Saat pemerintahan Obama masih belum menyatakan bertanggung jawab di hadapan publik atas serangan drone, CIA tetap menegaskan bahwa serangan yang dilancarkan dari pesawat tanpa awak tersebut diawasi oleh Gedung Putih maupun Kongres AS, CIA juga membantah laporan bahwa lembaga intelijen AS tersebut tidak bertanggung jawab.
sumber : http://www.suaramedia.com/
0 comments