Indonesia merupakan negara nomor lima penyumbang anak di bawah lima tahun berbadan pendek, yakni sebanyak 38,6 persen dari total anak Indonesia atau sekitar lima juta dari 12 juta anak balita dalam kategori di bawah rata-rata tinggi badan dunia. "Negara penyumbang terbesar anak berbadan pendek adalah India," kata Guru Besar Ilmu Gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Soekirman PhD seusai presentasi peraih hibah riset 2008 dari "Indonesian Danone Institute Foundation", di Jakarta, Rabu (23/06/2010).
Laporan WHO tersebut, lanjut Soekirman, menunjukkan kondisi kekurangan gizi kronis anak-anak Indonesia yang dimulai sejak janin di kandungan ibu, kelahiran sampai bayi berusia dua tahun, terutama zat seng yang banyak terdapat pada protein hewani.
Soekirman, yang juga ketua yayasan tersebut, membantah jika tidak sesuainya tinggi badan anak dengan standar usia disebabkan karena faktor keturunan.
"Dulu kita tahunya penjajah Jepang itu pendek-pendek, lebih pendek dari orang Jawa. Tapi sekarang mereka tinggi-tinggi, sudah jarang sekali yang pendek. Itu disebabkan makanan bergizi yang mereka makan serta faktor lainnya yakni kebersihan lingkungan," katanya.
Menurut dia, penelitian yang dilakukan UNICEF menunjukkan hampir sepertiga anak-anak di bawah usia lima tahun di negara-negara berkembang memiliki tubuh pendek.
India adalah juaranya, jumlahnya mencapai 61 juta anak, artinya, tiga dari 10 anak pendek di dunia berasal dari India.
Selain itu, hasil penelitian pada lima negara berkembang yaitu Ghana, Tanzania, Indonesia, Vietnam, dan India juga menyatakan prevalensi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah sangat tinggi yaitu berkisar 48-56 persen.
Pertumbuhan anak balita tak sesuai umur, menurut dia, juga terkait dengan rendahnya tingkat kecerdasan anak.
UNICEF menyebut, anak yang sangat pendek punya rata-rata IQ 11 poin lebih rendah dibandingkan rata-rata anak dengan tinggi normal sesuai usianya.
Sumber : http://www.berita8.com/
Laporan WHO tersebut, lanjut Soekirman, menunjukkan kondisi kekurangan gizi kronis anak-anak Indonesia yang dimulai sejak janin di kandungan ibu, kelahiran sampai bayi berusia dua tahun, terutama zat seng yang banyak terdapat pada protein hewani.
Soekirman, yang juga ketua yayasan tersebut, membantah jika tidak sesuainya tinggi badan anak dengan standar usia disebabkan karena faktor keturunan.
"Dulu kita tahunya penjajah Jepang itu pendek-pendek, lebih pendek dari orang Jawa. Tapi sekarang mereka tinggi-tinggi, sudah jarang sekali yang pendek. Itu disebabkan makanan bergizi yang mereka makan serta faktor lainnya yakni kebersihan lingkungan," katanya.
Menurut dia, penelitian yang dilakukan UNICEF menunjukkan hampir sepertiga anak-anak di bawah usia lima tahun di negara-negara berkembang memiliki tubuh pendek.
India adalah juaranya, jumlahnya mencapai 61 juta anak, artinya, tiga dari 10 anak pendek di dunia berasal dari India.
Selain itu, hasil penelitian pada lima negara berkembang yaitu Ghana, Tanzania, Indonesia, Vietnam, dan India juga menyatakan prevalensi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah sangat tinggi yaitu berkisar 48-56 persen.
Pertumbuhan anak balita tak sesuai umur, menurut dia, juga terkait dengan rendahnya tingkat kecerdasan anak.
UNICEF menyebut, anak yang sangat pendek punya rata-rata IQ 11 poin lebih rendah dibandingkan rata-rata anak dengan tinggi normal sesuai usianya.
Sumber : http://www.berita8.com/
0 comments